Jenis-jenis golongan darah, klasifikasi darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen tertentu pada permukaan sel darah merah. Klasifikasi ini sangat penting dalam dunia medis, terutama untuk transfusi darah, kehamilan, dan identifikasi kesehatan seseorang. Sistem golongan darah yang paling umum digunakan di dunia adalah sistem ABO dan faktor Rhesus (Rh).
Sebagai penulis yang pernah mengikuti pelatihan donor darah di Palang Merah Indonesia, saya merasakan bahwa pengetahuan tentang golongan darah bukan hanya penting bagi tenaga medis, tetapi juga bagi masyarakat umum. “Memahami golongan darah kita adalah langkah awal menyelamatkan nyawa, bukan hanya milik kita, tetapi juga orang lain,” menurut pandangan pribadi saya.
Sejarah Penemuan Golongan Darah

Sistem golongan darah ditemukan oleh Karl Landsteiner pada tahun 1901. Penemuan ini menjadi tonggak besar dalam dunia kedokteran karena sebelumnya transfusi darah sering gagal akibat ketidaksesuaian golongan darah. Landsteiner berhasil mengidentifikasi adanya antigen A dan B yang menjadi dasar sistem ABO.
Penemuan faktor Rhesus menyusul pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner dan Alexander S. Wiener. Faktor ini juga memiliki peran penting dalam kecocokan transfusi darah dan kesehatan ibu hamil.
Sistem Golongan Darah ABO

Sistem ABO membagi golongan darah manusia menjadi empat kelompok utama: A, B, AB, dan O. Setiap golongan darah ditentukan oleh keberadaan antigen (A atau B) di permukaan sel darah merah dan antibodi dalam plasma darah.
Golongan Darah A
Golongan darah A memiliki antigen A di permukaan sel darah merah dan antibodi anti-B di plasma darah. Orang dengan golongan ini dapat menerima darah dari golongan A dan O.
Ciri khas:
- Cenderung cocok menerima transfusi dari A dan O.
- Lebih umum di beberapa wilayah Asia dan Eropa.
Golongan Darah B
Golongan darah B memiliki antigen B dan antibodi anti-A. Dapat menerima darah dari golongan B dan O.
Ciri khas:
- Lebih banyak ditemukan di Asia dibanding Eropa atau Amerika.
- Dikenal fleksibel dalam menerima donor dari B dan O.
Golongan Darah AB
Golongan darah AB memiliki antigen A dan B tanpa antibodi anti-A atau anti-B. Ini menjadikannya sebagai penerima universal dalam transfusi darah.
Ciri khas:
- Bisa menerima semua golongan darah (A, B, AB, O).
- Namun, hanya dapat mendonorkan darah ke sesama AB.
Golongan Darah O
Golongan darah O tidak memiliki antigen A maupun B, tetapi memiliki antibodi anti-A dan anti-B. Karena tidak memiliki antigen, darah O dapat diberikan kepada semua golongan darah, sehingga dikenal sebagai donor universal.
Ciri khas:
- Sangat dibutuhkan di bank darah karena kompatibilitas luas.
- Namun, hanya dapat menerima darah dari sesama golongan O.
Faktor Rhesus (Rh)

Selain sistem ABO, darah juga diklasifikasikan berdasarkan keberadaan faktor Rhesus (Rh). Jika seseorang memiliki antigen Rh di permukaan sel darah merah, ia dikatakan Rh positif (Rh+). Jika tidak memiliki antigen Rh, maka Rh negatif (Rh−).
Rh Positif
- Lebih umum, ditemukan pada sekitar 85% populasi dunia.
- Dapat menerima darah dari Rh+ dan Rh−.
Rh Negatif
- Lebih jarang, hanya sekitar 15% populasi dunia.
- Harus hati-hati dalam transfusi, hanya bisa menerima dari Rh− yang sama golongan darahnya.
Pentingnya Mengetahui Golongan Darah
Mengetahui golongan darah memiliki banyak manfaat, terutama dalam keadaan darurat. Misalnya, jika terjadi kecelakaan yang memerlukan transfusi cepat, informasi golongan darah dapat mempercepat tindakan medis.
Selain itu, pada ibu hamil, ketidaksesuaian faktor Rh antara ibu dan janin dapat menimbulkan masalah serius yang dikenal sebagai penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, pemeriksaan golongan darah biasanya dilakukan pada awal kehamilan.
Distribusi Golongan Darah di Dunia
Distribusi golongan darah berbeda di setiap wilayah:
- Asia Timur: Golongan A dan O lebih dominan.
- Asia Selatan: Golongan B cukup tinggi.
- Eropa Barat: Golongan A paling banyak.
- Afrika: Golongan O mendominasi.
Pengetahuan ini penting dalam perencanaan stok darah di rumah sakit dan lembaga donor darah.
Golongan Darah dan Kesehatan
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara golongan darah dan risiko penyakit tertentu. Misalnya:
- Golongan darah O cenderung lebih tahan terhadap malaria.
- Golongan darah A dilaporkan memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung.
- Golongan darah AB dikaitkan dengan risiko gangguan memori di usia lanjut.
Namun, hubungan ini masih dalam penelitian dan tidak boleh dijadikan patokan utama dalam menilai kesehatan.
Mitos dan Fakta tentang Golongan Darah
Di beberapa negara seperti Jepang dan Korea Selatan, golongan darah sering dikaitkan dengan kepribadian seseorang. Misalnya, golongan darah A dianggap perfeksionis, sedangkan O dianggap mudah bergaul.
Walaupun menarik, secara ilmiah hubungan ini belum terbukti. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa kepercayaan tersebut masih populer dan sering dibicarakan.
Golongan Darah adalah Identitas Biologis Penting
Golongan darah bukan hanya sekadar informasi medis, tetapi juga bagian dari identitas biologis setiap individu. Memahaminya dapat menyelamatkan nyawa dalam keadaan darurat, membantu proses medis, dan bahkan memberi wawasan tentang kesehatan.
Sebagai penulis yang telah menyaksikan langsung proses donor darah, saya percaya bahwa “Pengetahuan sederhana seperti mengetahui golongan darah bisa menjadi perbedaan antara hidup dan mati. Jangan remehkan informasi ini.”